
Sejarah Kerajaan Tarumanegara mulai dari kehidupan politik sosial ekonomi serta budaya yang diulas lengkap dalam sebuah artikel.
Kerajaan Tarumanegara merupakan sebuah kerajaan yang berada di Jawa Barat di mana kerajaan ini bercorak Hindu. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan telah ada pada sekitar 400 sampai 600 Masehi.
Salah satu raja dari kerajaan Tarumanegara yang terkenal adalah Purnawarman. Kerajaan Tarumanegara memiliki corak Hindu lantaran banyak dipengaruhi oleh India melalui pengenalan huruf Pallawa dan bahasa sanskerta terutama dalam kehidupan di kerajaan.
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara telah diketahui melalui beberapa sumber terutama yang berasal dari penelitian dalam maupun luar negeri. Salah satu bukti dari kehidupan Kerajaan Tarumanegara adalah ditemukannya sebuah prasasti berupa batu di Lebak Banten, Jakarta dan Bogor.
Sedangkan sumber lain yang berasal dari luar negeri adalah lebih banyak dari negara seperti Tiongkok terutama pada dinasti sui. Dalam dinasti tersebut menceritakan bahwa sekitar tahun 528 dan 535 telah datang dari sebuah daerah yang diberi nama tolomo yang terletak di bagian Selatan. Para ahli mencoba menerjemahkan arti kata tolomo yang secara penyusunan katanya dianggap sebagai Tarumanegara.
Kehidupan politik Kerajaan Tarumanegara
Kehidupan politik kerajaan tarumanegara sangat baik terutama saat di bawah kekuasaan Raja purnawarman. Salah satu raja kerajaan Tarumanegara yaitu Purnawarman dianggap menjadi salah satu raja yang cukup berhasil dalam meningkatkan kemakmuran rakyat pada masa itu. Salah satu usaha dari Raja Purnawarman untuk memakmurkan rakyatnya adalah dengan dibuatnya sebuah sungai, sungai ini diyakini menjadi salah satu sumber irigasi untuk mengairi sawah penduduk.
Dengan adanya sungai tersebut maka sawah-sawah penduduk bisa mendapatkan aliran air sehingga proses menanam menjadi lebih mudah.
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara
Pada masa kepemimpinan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara sudah mulai berkembang dengan cukup baik. Kehidupan masyarakatnya pun sudah mulai rapi dan teratur. Secara umum kasta Brahmana menjadi salah satu kelompok sosial yang paling dihormati di Kerajaan Tarumanegara, hal ini cukup masuk akal mengingat kerajaan ini lebih dipengaruhi oleh India sebagai pembawa agama Hindu di Indonesia.
Kehidupan budaya masyarakat Tarumanegara
Kemajuan Kerajaan Tarumanegara juga bisa dilihat dari kehidupan budaya mereka. Ditemukannya banyak prasasti Kutai telah menjadi indikasi penting bahwa pada masa itu Kerajaan Tarumanegara sudah mengembangkan budaya tulis menulis. Budaya tulis menulis tentu sangat penting sekali untuk melihat Seberapa jauh perkembangan sebuah kerajaan.
Kehidupan ekonomi kerajaan Tarumanegara
Secara umum kehidupan masyarakat Tarumanegara sudah cukup baik dari sisi ekonomi. Hal ini dibuktikan dari sebuah prasasti yang menerangkan bahwa pada di masa kepemimpinan Raja Purnawarman pernah dibuat sebuah Terusan yang memiliki panjang sekitar 6122 tombak. Pembuatan terusan ini tentu memiliki fungsi yang sangat banyak sekali terutama dalam meningkatkan sektor ekonomi Kerajaan Tarumanegara.
Pembangunan terusan dianggap sebagai salah satu cara bagi Raja Purnawarman untuk meningkatkan perdagangan masyarakatnya. Dengan adanya terusan maka lalu lintas pelayaran antar daerah menjadi lebih mudah sehingga ekonomi masyarakat akan naik terutama dari sektor perdagangan.
Beberapa prasasti Kerajaan Tarumanegara
Ada beberapa Prasasti yang menjadi peninggalan Kerajaan Tarumanegara di antaranya:
Prasasti Tugu
Sesuai namanya prasasti ini ditemukan di daerah Tugu kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti Tugu merupakan salah satu prasasti yang isinya paling panjang dibandingkan dengan jenis prasasti lainnya dari Kerajaan Tarumanegara.
Sehingga dari Prasasti ini telah banyak ditemukan berbagai macam hal yang berkaitan dengan kerajaan Tarumanegara. Salah satu temuan yang bisa diketahui dari Prasasti Tugu tersebut adalah penyebutan dua buah sungai yang cukup terkenal di daerah Punjab yaitu sungai Gomati dan Candrabaga.
Ditemukannya 2 buah sungai tersebut telah membuat para ahli mencoba menafsirkan salah satunya menurut poerbatjaraka. Sungai Candrabaga secara etimologi disebut sebagai kali Bekasi. Meskipun tidak begitu lengkap, namun Prasasti Tugu juga telah menyebutkan penanggalan di mana tahunnya disebut bulan phalguna dan Caitra yang diartikan sama dengan bulan Februari dan April.
Dalam Prasasti Tugu tersebut juga telah menyebutkan adanya sebuah upacara selamatan yang dilakukan oleh Brahmana dengan menggunakan sekitar 1.000 ekor sapi yang dihadiahkan raja.
Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi merupakan sebuah prasasti yang melukiskan sebuah tapak kaki seekor gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah airawata. Gajah airawata diketahui merupakan gajah tunggangan dari Dewa Wisnu di India. Prasasti Kebon ditemukan di sebuah kampung di Muara Hilir kecamatan cibungbulang, Bogor.
Prasasti pasir Awi
Prasasti Kerajaan Tarumanegara yang telah ditemukan selanjutnya adalah prasasti pasir Awi. Prasasti ini telah ditemukan di daerah Leuwiliang yang merupakan sebuah tulisan dalam Aksara Ikal yang belum dapat diterjemahkan.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten merupakan sebuah prasasti yang memiliki tulisan dengan aksara Ikal yang sama-sama belum dapat diterjemahkan seperti halnya prasasti pasir Awi. Disamping sebuah tulisan prasasti ini juga terdapat sebuah lukisan telapak kaki.
Prasasti cidanghiang
Cidanghiang yang merupakan sebuah prasasti Lebak yang telah ditemukan di daerah Lebak di tepi sungai cidanghiang tepatnya di kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti cidanghiang diketahui telah ditemukan pada tahun 1947 di mana dalam prasasti tersebut tertulis sebuah huruf Pallawa dan bahasa sanskerta yang berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi. Inti dari tulisan prasasti tersebut telah menggambarkan keberanian serta pengagungan dari Raja Purnawarman.
Masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara
Selama awal berdiri kerajaan Tarumanegara tercatat telah mengalami masa kejayaan selama 3 generasi. Masa paling Gemilang dari Kerajaan Tarumanegara adalah ketika dipimpin oleh Purnawarman yang merupakan raja ketiga.
Raja Purnawarman sebenarnya adalah seorang cucu dari Raja dirajagu Jaya Singa Warman. Kerajaan Tarumanegara telah mengalami perkembangan yang sangat pesat saat dipimpin oleh raja Purnawarman, di mana pada masa kepemimpinannya Kerajaan Tarumanegara telah berada di puncak kejayaannya. Baca juga Sejarah kerajaan kutai: kehidupan politik, sosial, budaya dan ekonomi
Masa keemasan Kerajaan Tarumanegara ini telah dibuktikan dengan perluasan wilayah yang dilakukan oleh Raja Purnawarman terutama dalam menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya.
Selain menaklukkan kerajaan sekitar dengan cara invasi, Raja Purnawarman juga membangun berbagai macam infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian kerajaan. Salah satu upaya yang dilakukan Raja Purnawarman untuk meningkatkan ekonomi kerajaan adalah dengan membuat sebuah sungai.
Selain itu, salah satu usaha yang dilakukan Raja Purnawarman untuk memperkuat kerajaannya adalah dengan membuat sebuah undang-undang yang tujuannya untuk memajukan rakyat serta kerajaannya secara keseluruhan. Raja Purnawarman juga telah menyusun pustaka termasuk peraturan Angkatan Perang serta siasat yang digunakan untuk menyusun strategi dalam peperangan.
Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Setiap kerajaan pasti pernah mengalami masa keemasan serta masa keruntuhan. Dan runtuhnya Kerajaan Tarumanegara terjadi tepatnya saat dipimpin oleh raja ke-13 mereka. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara disebabkan oleh tidak adanya kepemimpinan di kerajaan tersebut.
Trusbawa yang merupakan raja ke-13 tersebut lebih mementingkan untuk memimpin kerajaan kecilnya yang berada di hilir sungai Gomati. Ini tentunya akan membuat Kerajaan Tarumanegara kehilangan kepemimpinan yang menjadikannya lemah.
Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara menjadi sangat nyata ketika kerajaan di sekitarnya mulai menyerang. Dan salah satu kerajaan yang memiliki peran paling besar dalam keruntuhan Kerajaan Tarumanegara adalah Majapahit.